January 2010


Aku mencipta jutaan usaha,
Namun hasil tidak ternyata,
Kesedaran hidupku yang tiada,
Ajal maut bukan masanya,
Kendatipun siasah yang leta,
Walakin cahaya pemusnah onar,
Penantian itu,
Hanya dasawarsa….

Kekuatan bantulah diri,
Longlai ditelan dugaan,
Malar-malar cabaran dunia,
Ku tahu kecekalan hati ini,
Ku hidup dan terus berjuang,
Inilah kehidupanku,
Lalu aku bermohon,
Ketidakbatasan kudrat,
Senjata masa depanku….

Kerusi itu tidak empuk,
Seempuk kerusi diduduknya ini,
Namun kerusi itulah,
Yang mengubah persepsi,
Kehidupannya dasawarsa,
Bangga dan hebat…

Meja itu tidak ceria,
Seceria mejanya terhias mewah,
Tetapi meja itulah,
Pemangkin ilmu dan metodologi,
Kejayaannya kini,
Cemerlang dan gemilang…

Ruang putih itu tidak berseri,
Seseri kediaman istananya yang gah,
Tetapi ruang putih itulah,
Menghulur pengetahuan berharga,
Bersama teman seperjuangan,
Memori dan ingatan…

Kerusi, meja dan ruang putih itu,
Simbolik buatku dan buatmu,
Yang akan terus kau kenangi,
Hingga akhir hayat nanti….

Wanita hari itu,
Masih dalam memori,
Lebih pentingkan budi pekerti,
Ibu bapa panduan diri,
Dan senantiasa menjauhi,
Daripada kepincangan akhlak.

Wanita hari itu,
Tidak bangga menghela asap,
Tidak biasa mendedah aurat,
Tidak bisa mencemar maruah,
Di tengah kehidupan lelaki,
Memangkin rumah tangga,
Si suami dan anak-anak…

Nota : Sajak balas untuk wanita hari ini dalam KOMSAS Antologi.

Salam semua… Yok kita tengok gambar-gambar pelajar tahun 5 saya!

Ku jengah langit terbentang membiru,
Di lantai bumi nun menghijau,
Meruntun hati kecil nurani,
Sambil mulut ini berzikir,
Kepujian setinggi awangan,
Akan kebesaran Maha Pencipta…

Namun, langit itu dionar,
Hitam kelam merabuni segala,
Hijau bumi ku ditelan konkrit melata,
Dan mencakar angkasa itu,
Lantas menarik aku ke dunia lara…

Ku bisa lihat warna arus itu,
Yang terang dan yang gelap,
Yang baru mahupun yang kusam,
Yang terpuji sekalipun yang terhina,
Menghumban aku kehidupan material,
Menghimpit ruang kebebasan,
Getus keluh dalam kehibaan,
Aku yang terbenam….

Masihkah ada lagi sinar cahaya,
Warna hidayah dan takwa,
Aku melontar tangan ini mencapai,
Saat sisa nafas yang berlonjak,
Menanti masa yang dijanjikan…

Seyogia aku bersyukur,
Hatta ada lagi reda-Mu,
Yang membawa aku kembali,
Dari terus dibutai,
Jutaan warna kehidupan……….

Tuahnya langit melaut biru,
Merentang onar duka mengigit jiwa,
Walhal, si mentari bersinar,
Menyengat kulit kerdil ini,
Yang memamah rezeki tuhan,
Berusaha sedaya mungkin.

Dingin keringat kukesat,
Memerah kudrat membesarkanmu,
Aku yang terlalu cinta,
Mengharapkan kau yang akan tiba,
Insan yang berbahagia,
Meraih cita-citamu itu.

Oh, betapa inginnya aku,
Memangkin hatta diteladani,
Olehmu si anak tercinta,
Kehidupan esok akan menjadi milikmu,
Dan aku berehat sepi,
Setia menanti kunjungan mu…..